Tuesday, May 2, 2017
Menurut
buku Sejarah Sumedang dari Masa ke Masa (Nina Herlina Lubis, dkk. 2008. Hlm 152-159),
Ketika Daendels ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808-1811)
terjadi peristiwa fenomenal yang kemudian menjadi memori kolektif masyarakat
Sumedang berkaitan dengan Raden Tumenggung Adipati Surianagara ini, yaitu
peristiwa “Cadas Pangeran”.
Pada pelaksanaannya, pembangunan jalan
raya pos dibebankan kepada para bupati yang daerahnya dilewati jalan tersebut
dan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja rodi. Karena beratnya medan yang
harus dihadapi terutama di Megamendung (Puncak)-CIanjur, Parakanmuncang, dan
Sumedang, juga karena para kuli itu bekerjadi tempat yang sangat jauh, banyak
yang kelelahan, kelaparan dan juga mati karena penyakit malaria.
Ketika pembangunan melewati Sumedang,
yaitu daerah yang dikenal dengan nama Cadas Pangeran sekarang ini, banyak
pekerja tewas karena daerah itu berbatu (cadas)
dan penuh nyamuk malaria. Bupati Sumedang waktu itu Raden Tumenggung Adipati
Aria Surianagara (yang nantinya dikenal sebagai Pangeran Kornel) dengan berani,
protes kepada Daendels. Menurut cerita rakyat (babad Sumedang), dikisahkan
bahwa ketika Bupati ini bertemu dengan Daendels, ia menyalami “Tuan Marsekalek”
alias “Jenderal Mas Galak” itu dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya
memegang hulu keris. Ini menyiratkan bukan sekedar protes namun juga ancaman.
Semula Daendels sangat marah karena merasa ditantang, tetapi setelah menerima
penjelasan dari Pangeran Kornel, bahwa ia tidak rela mengorbankan rakyat mati
sia-sia demi jalan tersebut, akhirnya Daendels menghargai keberaniannya itu dan
menerima protes dengan memberikan bantuan pasukan Zeni untuk menyelesaikan
jalan tersebut. Masyarakat Sumedang kemudian membuat tugu peringatan atas
peristiwa tersebut berupa Patung Daendels sedang bersalaman dengan Pangeran
Kornel yang menyodorkan tangan kirinya, yang dipasang di jalan persimpangan
Jalan Cadas Pangeran lama dengan jalan Cadas Pangeran yang baru.
Pada tahun 1811, Belanda terpaksa
menyerahkan sebagian jajahannya kepada Inggris. Sir Thomas Stamford Raffles,
ditunjuk sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda oleh atasannya Gubernur
Jenderal EIC Lord Minto yang berkedudukan di India. Pada masa di bawah jajahan
Inggris ini, Pangeran Kornel tetap menjadi Bupati Sumedang.
Perbaikan jalan terus dilakukan selama
14 tahun setelah dimulai, bahkan setelah Inggris mengembalikan jajahannya
kepada Belanda pada tahun 1816. Di Cadas Pangeran, tertempel prasasti dari
marmer. Ini sebagai bukti bahwa jalan dibangun dan diperbaiki terus hingga
sekitar tahun 1822.
Jadi, berdasarkan buku Sejarah Sumedang
dari Masa ke Masa, babad Sumedang, Patung yang ada di persimpangan antara jalan
Cadas Pangeran lama dan jalan Cadas Pangeran baru, serta Prasasti atau Tugu
peringatan pembuatan jalan raya Pos di Cadas Pangeran, saya setuju bahwa itu
adalah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang sedang bersalaman dengan
Raden Tumenggung Adipati Aria Surianagara (Pangeran Koesoemah Dinata/Pangeran
Kornel).
(gambar
prasasti/tugu peringatan
pembuatan
jalan raya pos)
(gambar
Herman Willem Daendels
sedang
berjabat tangan dengan
Pangeran
Kornel )
Sumber :
Lubis, N. H, dkk.
(2008). Sejarah Sumedang dari Masa ke
Masa. Sumedang: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Baca Juga : Apa Itu Sejarah ?