Ini Pendapatku, Mana Pendapatmu ?

Sunday, April 30, 2017


    A. Dalam semua perang melawan VOC/Belanda, Mengapa kita selalu kalah dan dapat ditaklukkan ?


       Kita selalu kalah dalam perang melawan Belanda atau VOC karena keserakahan para Kompeni Belanda dan junjungan-junjungan mereka di Belanda, perseteruan di antara penguasa lokal sendiri dan juga kelemahan raja-rajanya yang dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Belanda untuk memperluas dan memperdalam wilayah kekuasaannya. Selain itu juga para penguasa lokal yang tergiur dengan kebiasaan berhutang demi kekuasaan atau kesenangan sesaat telah menjadi budaya, sehingga utang-utang tersebut diberatkan kepada rakyat dengan harus bekerja dengan bayaran yang tidak sepadan. Lalu Belanda menjajah dengan sifatnya memaksa dan bersifat simbiosis parasitisme atau saling merugikan. Penjajah menguasai daerah-daerah untuk menguasai sumber dayanya, misalnya sumber daya alam seperti rempah-rempah, atau manusia, misalnya penduduknya dijadikan tentara atau pekerja. Di samping itu, para penjajah kolonial hanya mengirim dan membangun secukupnya, agar sumber daya ini bisa dimanfaatkan secara optimal. Jalan-jalan dibangun, penduduk asli dilatih dan sebagian diberi pendidikan, tapi tujuan mereka adalah agar bisa memanfaatkan, bukan untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat tinggal permanen.


B.  Mengapa negara bekas jajahan Inggris lebih maju dibandingkan dengan yang dijajah Belanda ? 
     Karena penjajah Inggris bukannya memanfaatkan penduduk setempat, melainkan untuk menjadikannya tempat tinggal mereka. Mereka membangun negeri baru bergaya Eropa, termasuk pendidikan dan infrastruktur, agar para pemukim bisa hidup di negara yang maju dan secara berkelanjutan tanpa tergantung pada penduduk asli. Para penduduk asli (misalnya suku Indian di Amerika) didominasi, dikalahkan dan diusir sedemikian rupa sehingga jumlahnya sangat sedikit dan tidak terlalu berinteraksi dengan pemukim dari Eropa. Sedangkan di Nusantara sudah sangat banyak penduduknya, dan kerajaan yang ada saat itu juga sudah relatif maju (relatif terhadap suku Indian Amerika) sehingga tidak bisa dihancurkan atau dilenyapkan oleh bangsa Eropa. Daerah jajahan tipe ini cenderung menjadi lebih maju seperti bekas negara induknya di Eropa.
Selain itu, bisa juga disebabkan karena Inggris adalah negara industri. Negara industri tentu membutuhkan pekerja yang cerdas dan tangkas. Untuk mewujudkan itu Inggris mendidik dan melatih negara jajahannya. 
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode penjajahan yang dipakai Inggris bersifat membangun negara yang dijajahnya. Kemudian peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Inggris memiliki keuntungan tersendiri bagi negara yang dijajahnya dan bersifat memajukan dan membangun negara jajahannya sendiri, mereka tidak terlalu mengambil keuntungan dari negara jajahan untuk negaranya, mungkin tidak seperti Belanda yang benar-benar memanfaatkan negara jajahannya untuk membangun negara mereka sendiri, tanpa memikirkan penderitaan yang dialami negara jajahannya.


(tulisan ini merupakan interpretasi dari penulis, sehingga tidak terdapat rujukan sumber).

Baca juga : Apa Itu Sejarah ?                       
                      Komparasi 2 (Dua) Buku dari Aspek Metodologisnya
                      Mengenal Multikulturalisme, Seberapa Tahukah Anda ? 
                      Tips Cara Membuat Anotasi Bibliografi Buku Sumber Sejarah 

                      Apakah Benar, di Cadas Pangeran Sumedang 

Komparasi 2 (Dua) Buku dari Aspek Metodologisnya

Friday, April 28, 2017


KOMPARASI BUKU NUSANTARA SEJARAH INDONESIA KARYA BERNARD M. VLEKKE DAN BUKU PERLAWANAN-PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME KARYA SARTONO KARTODIRDJO DARI ASPEK METODOLOGISNYA
Oleh:
DIKA NUGRAHA (NIM 1301402)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

         Aspek Metodologis Buku Nusantara Sejarah Indonesia
-      Heuristik
Pengumpulan sumber bersifat kesaksian kultural, jadi bukan sumber sejarah yang memberitahukan peristiwa di masa lalu. Buku Vlekke ini bukanlah hasil penelitian primer, melainkan berdasarkan sumber sekunder, artinya ia bergantung pada studi-studi yang telah ada.

-      Kritik Sumber
a). Kritik internal
Buku Nusantara ini merupakan buku terjemahan jadi terkadang ada beberapa bahasa yang sulit untuk dipahami, dan harus dua kali membaca baru paham tentang alur ceritanya. Terdapat istilah-istilah terjemahan yang rancu, seperti cultuurstelsel menjadi sistem kultur yang seharusnya sistem tanam paksa, menulis Rhio yang seharusnya merujuk pada Riau. Lalu buku ini juga memiliki alur yatau plot sejarah yang jelas, tidak beriku-liku dan lebih penting lagi kisahnya masuk akal. Buku ini juga kadang-kadang diselang-selingi oleh anecdotal history tenatang hal-hal yang langsung berhubungan dengan realitas kehidupan dan juga tak jarang oleh apa yang disebut petit histoire, sejarah kecil, yang bersifat human interest. Kadang-kadang Vlekke mengutip ucapan-ucapan yang mengingatkan kita bahwa after all the actor of history are human beings yang bisa memberi penilaian moralistic terhadap perilaku aktor lain dan merasakan juga penderitaan orang lain.
b). Kritik eksternal
Buku Nusantara ini merupakan buku yang sangat tebal dan butuh berminggu-minggu untuk membaca sampai selesai, hal ini membuat pembaca terkadang menjadi malas membacanya karena terlalu tebal sampai 530 halaman. Lalu buku ini juga tidak memiliki gambar, hanya sedikit saja terdapat 5 gambar peta sehingga membuat pembaca menjadi jenuh karena hanya memunculkan konten-kontennya tulisannya.
-          Interpretasi
Kalau ketika menulis Nusantara (edisi pertama), ia Vlekke sadar benar bahwa ia ingin memperkenalkan wilayah jajahan Belanda kepada khalayak Amerika Serikat, maka ia menulis buku kedua ini karena ia ingin menjelaskan arti Belanda dalam peradaban Barat, yang baru babak-belur dilanda Perang Dunia. Dengan menyadari latarbelakang keilmuan Vlekke ini bisalah dipahami mengapa ia kadang-kadang menerangkan situasi Indonesia (khususnya Jawa) dengan memakai Eropa atau Amerika sebagai bahan perbandingan. Khalayaknya bukanlah orang Indonesia, melainkan dunia Barat.
-          Historiografi
Buku Nusantara ini merupakan buku terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Buku ini terdiri atas 16 Bab. Hanya bab 1, 2, 3, 15 dan 16 yang boleh dikatakan bersifat Indonesia Sentris. Bab 4 boleh dikatakan netral, meskipun unsur Portugisnya lebih dominan. Sedangkan dalam 10 bab yang lain leading role dipegang oleh aktor Belanda. Jadi dapat disimpulkan bahwa buku ini bersifat Belanda Sentris.


Aspek Metodologis Buku Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme
-          Heuristik
Dalam memaparkan materinya, penulis mendasarkan tulisannya terhadap sumber yang relevan, yang kredibilitasnya teruji.
-          Kritik Sumber
a). Kritik Internal
Jika dilihat dari segi konten dalam buku Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme ini, peristiwa demi peristiwa memang tergambar secara rinci namun bahasa yang digunakan kurang mudah dipahami. Pembaca harus membaca lebih dari satu kali agar dapat memahami peristiwa yang ingin digambarkan. Bahasa dalam buku ini pun cenderung seperti buku terjemahan.
b). Kritik eksternal
Buku Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme memiliki cover yang kurang menarik karena tidak ada unsur gambar yang akan membuat pembaca merasa tertarik untuk membaca buku tersebut. Selain itu, di dalam buku ini terdapat beberapa halaman yang kosong dan hal tersebut merupakan sesuatu yang cukup fatal sehingga ada beberapa gambaran peristiwa yang tidak jelas. Lalu, karena buku ini diterbitkan sudah lama, kertasnya pun menjadi lapuk dan mengalami perubahan warna.
-         Interpretasi
Buku ini memang ditujukan untuk masyarakat Indonesia, jadi bersifat objektif bagi pihak pembaca asal Indonesia. Walau terkadang sisi subjektif kerap menjadi identitas dari penulis buku Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme ini. Tujuan penulis membuat buku ini untuk memberikan edukasi mengenai perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat pada saat itu, dari Perang Trunojoyo sampai Si Singa Mangaraja Berjuang Melawan Penjajah Belanda.
-          Historiografi
Buku ini bersifat Indonesia Sentris karena topik yang diangkat adalah mengenai perlawanan-perlawanan rakyat terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh pihak Penjajah Belanda.


Hal yang dapat diambil dari kedua buku tersebut
       Adapun hal-hal yang dapat diambil dari kedua buku tersebut yaitu semangat rakyat yang berkobar ketika melawan penjajahan, masyarakat Indonesia tidak diam melihat negaranya diperlakukan semena-mena oleh penjajah asing. Tapi banyak sekali perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia di berbagai daerah. Seain itu juga menambah pengetahuan, dan pembaca dapat berimajinasi tentang situasi dan kondisi pada saat itu, meskipun agak sulit berimajinasi karena hamper tidak terdapat gambar.

     Perbedaan dan Persamaan dari Kedua Buku tersebut
a.                Persamaan
        Sama-sama mengupas topik-topik yang menyangkut keadaan di Nusantara.
b.               Perbedaan
        Buku Nusantara lebih kepada Belanda Sentris, karna hanya 5 bab yang merujuk kepada Indonesia  
Sentrisnya. Sedangkan buku Perlawanan-Perlawanan terhadap Kolonialisme lebih kepada Indonesia 
sentris karena mengangkat perlawanan-perlawanan terhadap Belanda dan pihak-pihak kerajaan yang 
bekerjasama dengan Belanda.

Kelebihan dan Kekurangan Kedua Buku tersebut
a). Buku Nusantara
-    Kelebihan
1). Penjelasan lebih terperinci.
2). Terdapat daftar Singkatan yang mungkin belum familiar di telinga kita.
3). Kita dapat pengetahuan baru tentang sudut pandang yang berkomparasi dengan Barat,
karena buku ini bersifat Belanda Sentris.
-        Kekurangan
1). Halaman terlalu banyak sampai 530, sehingga membuat pembaca jenuh.
2). Sangat sedikit gambar, itupun hanya peta yang dibuat secara manual.
3). Terdapat istilah-istilah terjemahan yang rancu seperti cultuurstelsel diartikan sistem
kultur, bukan sistem tanam paksa.
 b). Buku Perlawanan-Perlawanan terhadap Kolonialisme
 -   Kelebihan
1). Bersifat Indonesia Sentris, dimulai dari topik Perang Trunojoyo sampai Si Singa
Mangaraja Berjuang Melawan Penjajah Belanda. Sangat cocok untuk pembaca asal
Indonesia.
-       Kekurangan
1). Cover yang kurang menarik karena tidak ada unsur gambar.
2). Terdapat beberapa halaman yang kosong ehingga ada beberapa gambaran peristiwa
yang tidak jelas.
3). Buku ini diterbitkan sudah lama, kertasnya pun menjadi lapuk dan mengalami
perubahan warna.
4). Bahasa yang digunakan kurang mudah dipahami atau ada sedikit kata-kata yang rancu.
5). Tidak didukung oleh gambar yang akan menarik pembaca.
6). Tulisannya terlalu kecil juga penggambaran peta yang masih terlihat manual. 

Daftar Pustaka
         Kartodirdjo, Sartono. (1973). Perlawanan-perlawanan Terhadap Kolonialisme. Jakarta:         
              Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI.
         Vlekke, B. H. M. (2008). Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

          Baca Juga : Apa Itu Sejarah ?
                            Mengenal Multikulturalisme, Seberapa Tahukah Anda ?
                                     Tips Cara Membuat Anotasi Bibliografi Buku Sumber Sejarah
                            Ini Pendapatku, Mana Pendapatmu ?

                                     Apakah Benar, di Cadas Pangeran Sumedang