KOMPARASI BUKU NUSANTARA SEJARAH INDONESIA KARYA BERNARD M. VLEKKE DAN BUKU PERLAWANAN-PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME KARYA SARTONO KARTODIRDJO DARI ASPEK METODOLOGISNYA
Oleh:
DIKA NUGRAHA (NIM 1301402)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Aspek Metodologis Buku Nusantara
Sejarah Indonesia
- Heuristik
Pengumpulan
sumber bersifat kesaksian kultural, jadi bukan sumber sejarah yang
memberitahukan peristiwa di masa lalu. Buku Vlekke ini bukanlah hasil
penelitian primer, melainkan berdasarkan sumber sekunder, artinya ia bergantung
pada studi-studi yang telah ada.
- Kritik Sumber
a). Kritik internal
Buku Nusantara
ini merupakan buku terjemahan jadi terkadang ada beberapa bahasa yang sulit
untuk dipahami, dan harus dua kali membaca baru paham tentang alur ceritanya.
Terdapat istilah-istilah terjemahan yang rancu, seperti cultuurstelsel menjadi sistem kultur yang seharusnya sistem tanam
paksa, menulis Rhio yang seharusnya
merujuk pada Riau. Lalu buku ini juga memiliki alur yatau plot sejarah yang
jelas, tidak beriku-liku dan lebih penting lagi kisahnya masuk akal. Buku ini
juga kadang-kadang diselang-selingi oleh anecdotal
history tenatang hal-hal yang langsung berhubungan dengan realitas
kehidupan dan juga tak jarang oleh apa yang disebut petit histoire, sejarah kecil, yang bersifat human interest. Kadang-kadang Vlekke mengutip ucapan-ucapan yang
mengingatkan kita bahwa after all the
actor of history are human beings yang bisa memberi penilaian moralistic
terhadap perilaku aktor lain dan merasakan juga penderitaan orang lain.
b). Kritik eksternal
Buku Nusantara
ini merupakan buku yang sangat tebal dan butuh berminggu-minggu untuk membaca
sampai selesai, hal ini membuat pembaca terkadang menjadi malas membacanya
karena terlalu tebal sampai 530 halaman. Lalu buku ini juga tidak memiliki
gambar, hanya sedikit saja terdapat 5 gambar peta sehingga membuat pembaca
menjadi jenuh karena hanya memunculkan konten-kontennya tulisannya.
-
Interpretasi
Kalau
ketika menulis Nusantara (edisi pertama), ia Vlekke sadar benar bahwa ia ingin
memperkenalkan wilayah jajahan Belanda kepada khalayak Amerika Serikat, maka ia
menulis buku kedua ini karena ia ingin menjelaskan arti Belanda dalam peradaban
Barat, yang baru babak-belur dilanda Perang Dunia. Dengan menyadari
latarbelakang keilmuan Vlekke ini bisalah dipahami mengapa ia kadang-kadang
menerangkan situasi Indonesia (khususnya Jawa) dengan memakai Eropa atau
Amerika sebagai bahan perbandingan. Khalayaknya bukanlah orang Indonesia,
melainkan dunia Barat.
-
Historiografi
Buku
Nusantara ini merupakan buku terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia. Buku ini
terdiri atas 16 Bab. Hanya bab 1, 2, 3, 15 dan 16 yang boleh dikatakan bersifat
Indonesia Sentris. Bab 4 boleh dikatakan netral, meskipun unsur Portugisnya
lebih dominan. Sedangkan dalam 10 bab yang lain leading role dipegang oleh aktor Belanda. Jadi dapat disimpulkan
bahwa buku ini bersifat Belanda Sentris.
Aspek
Metodologis Buku Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme
-
Heuristik
Dalam
memaparkan materinya, penulis mendasarkan tulisannya terhadap sumber yang
relevan, yang kredibilitasnya teruji.
-
Kritik Sumber
a). Kritik Internal
Jika dilihat dari segi konten dalam buku Sejarah
Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme ini, peristiwa demi peristiwa
memang tergambar secara rinci namun bahasa yang digunakan kurang mudah
dipahami. Pembaca harus membaca lebih dari satu kali agar dapat memahami
peristiwa yang ingin digambarkan. Bahasa dalam buku ini pun cenderung seperti
buku terjemahan.
b). Kritik eksternal
Buku Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap
Kolonialisme memiliki cover yang kurang menarik karena tidak ada unsur gambar
yang akan membuat pembaca merasa tertarik untuk membaca buku tersebut. Selain
itu, di dalam buku ini terdapat beberapa halaman yang kosong dan hal tersebut
merupakan sesuatu yang cukup fatal sehingga ada beberapa gambaran peristiwa
yang tidak jelas. Lalu, karena buku ini diterbitkan sudah lama, kertasnya pun
menjadi lapuk dan mengalami perubahan warna.
- Interpretasi
Buku
ini memang ditujukan untuk masyarakat Indonesia, jadi bersifat objektif bagi
pihak pembaca asal Indonesia. Walau terkadang sisi subjektif kerap menjadi
identitas dari penulis buku Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme ini.
Tujuan penulis membuat buku ini untuk memberikan edukasi mengenai
perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat pada saat itu, dari Perang Trunojoyo
sampai Si Singa Mangaraja
Berjuang Melawan Penjajah Belanda.
-
Historiografi
Buku
ini bersifat Indonesia Sentris karena topik yang diangkat adalah mengenai
perlawanan-perlawanan rakyat terhadap kolonialisme yang dilakukan oleh pihak
Penjajah Belanda.
Hal
yang dapat diambil dari kedua buku tersebut
Adapun hal-hal yang
dapat diambil dari kedua buku tersebut yaitu semangat rakyat yang berkobar
ketika melawan penjajahan, masyarakat Indonesia tidak diam melihat negaranya
diperlakukan semena-mena oleh penjajah asing. Tapi banyak sekali perlawanan
yang dilakukan oleh rakyat Indonesia di berbagai daerah. Seain itu juga
menambah pengetahuan, dan pembaca dapat berimajinasi tentang situasi dan
kondisi pada saat itu, meskipun agak sulit berimajinasi karena hamper tidak
terdapat gambar.
Perbedaan
dan Persamaan dari Kedua Buku tersebut
a. Persamaan
Sama-sama mengupas topik-topik yang menyangkut
keadaan di Nusantara.
b. Perbedaan
Buku Nusantara lebih kepada Belanda Sentris, karna
hanya 5 bab yang merujuk kepada Indonesia
Sentrisnya. Sedangkan buku
Perlawanan-Perlawanan terhadap Kolonialisme lebih kepada Indonesia
sentris
karena mengangkat perlawanan-perlawanan terhadap Belanda dan pihak-pihak
kerajaan yang
bekerjasama dengan Belanda.
Kelebihan
dan Kekurangan Kedua Buku tersebut
a). Buku
Nusantara
- Kelebihan
1).
Penjelasan lebih terperinci.
2).
Terdapat daftar Singkatan yang mungkin belum familiar di telinga kita.
3).
Kita dapat pengetahuan baru tentang sudut pandang yang berkomparasi dengan
Barat,
karena
buku ini bersifat Belanda Sentris.
- Kekurangan
1).
Halaman terlalu banyak sampai 530, sehingga membuat pembaca jenuh.
2).
Sangat sedikit gambar, itupun hanya peta yang dibuat secara manual.
3).
Terdapat istilah-istilah terjemahan yang rancu seperti cultuurstelsel diartikan sistem
kultur,
bukan sistem tanam paksa.
b). Buku
Perlawanan-Perlawanan terhadap Kolonialisme
- Kelebihan
1).
Bersifat Indonesia Sentris, dimulai dari topik Perang Trunojoyo sampai Si Singa
Mangaraja Berjuang Melawan Penjajah Belanda.
Sangat cocok untuk pembaca asal
Indonesia.
- Kekurangan
1). Cover yang kurang menarik karena tidak ada unsur
gambar.
2).
Terdapat beberapa halaman yang kosong ehingga ada beberapa gambaran peristiwa
yang
tidak jelas.
3).
Buku ini diterbitkan sudah lama, kertasnya pun menjadi lapuk dan mengalami
perubahan
warna.
4).
Bahasa yang digunakan kurang mudah dipahami atau ada sedikit kata-kata yang
rancu.
5).
Tidak didukung oleh gambar yang akan menarik pembaca.
6).
Tulisannya terlalu kecil juga penggambaran peta yang masih terlihat manual.
Daftar Pustaka
Kartodirdjo, Sartono.
(1973). Perlawanan-perlawanan Terhadap
Kolonialisme. Jakarta:
Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI.
V
lekke, B. H. M. (2008). Nusantara Sejarah Indonesia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Ini Pendapatku, Mana Pendapatmu ?